Model Pembelajaran Kuantum
Ada banyak model pembelajaran yang dapat memudahkan guru melaksanakan tugas utama sebagai agen pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang terkenal adalah model pembelajaran
kuantum. Model pembelajaran kuantum ini juga mendukung artikel-artikel
sebelumnya tentang tip sukses mengajar 1, tip sukses mengajar 2, atau tip sukses mengajar 3. Apa itu model pembelajaran kuantum?
Istilah “Pembelajaran Kuantum” diadopsi dari istilah Inggris “Quantum Teaching”. “Quantum Teaching”
merupakan badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam
rancangan, penyajian, dan fasilitasi di SuperCamp, sebuah program
percepatan belajar (accelerated learning) yang mempraktikkan metode belajar kuantum (Quantum Learning).
Kesuksesan metode di SuperCamp mendatangkan undangan dari berbagai
sekolah untuk melatih guru dengan metode ini. Guna memenuhi kebutuhan
yang lebih luas, metode pelatihan di SuperCamp ditulis dalam buku
berjudul Quantum Teaching, agar dimanfaatkan oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, Quantum Teaching adalah praktik quantum learning di kelas-kelas.
Secara sederhana, pembelajaran kuantum dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi menjadi cahaya
yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar
melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat
belajar secara mudah dan alami. Pembelajaran kuantum ini dirancang
berdasarkan tiga hal, yaitu: asas utama, prinsip-prinsip, dan model.
Asas Utama
Asas utama pembelajaran kuantum adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama
yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan
hak mengajar dari mereka.
Caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan
peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah,
sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa. Setelah
kaitan terbentuk, guru dapat menerapkan konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Dalam konteks inilah materi pelajaran dibeberkan: kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum menggunakan prinsip-prinsip yang terdiri dari lima macam, yaitu: (1)
Segalanya Berbicara, (2) Segalanya Bertujuan, (3) Pengalaman Sebelum
Pemberian Nama, (4) Akui Setiap Usaha, dan (5) Jika Layak Dipelajari,
Maka Layak Pula Dirayakan.
Penjelasan:
Segalanya Berbicara. Prinsip Segalanya Berbicara
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu di ruang kelas
“berbicara”—mengirim pesan tentang belajar. Dari lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan
pelajaran. Setiap detail mengabarkan sesuatu—tentang diri dan sikap guru
terhadap hal mengajar dan belajar. Sebab itu dalam proses pembelajaran,
guru wajib menggubah kelas menjadi “komunitas belajar”—masyarakat mini
yang setiap detailnya telah digubah secara saksama untuk mendukung
belajar optimal—dari cara mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas,
hingga cara merancang pengajaran.
Segalanya Bertujuan. Segalanya Bertujuan berarti
bahwa semua upaya yang dilakukan guru dalam menggubah kelas mempunyai
tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai
prestasi yang tertinggi.
Pengalaman Sebelum Pemberian Nama. Proses belajar
paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang mereka pelajari. Pengalaman
menciptakan ikatan emosional dan peluang untuk penamaan. Pengalaman juga
menciptakan pertanyaan mental, seperti: Apa?, Mengapa?, Bagaimana?.
Jelasnya, pengalaman membangun keingintahuan siswa, menciptakan
petanyaan dalam benak mereka, membuat mereka penasaran. Jadi, sebelum
menyajikan materi pelajaran, guru perlu terlebih dahulu memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau mempraktikkan sendiri.
Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko.
Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Ketika siswa telah
mengambil langkah ini, mereka patut diberi pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka. Prinsip Akui Setiap Usaha mengandung
konsekuensi bahwa dalam pembelajaran, guru harus mengakui setiap usaha
siswa, baik usaha yang sudah tepat atau yang belum. Perlu dipahami bahwa
dalam pembelajaran kuantum tidak dikenal istilah “gagal”. Yang ada hanyalah hasil dan umpan balik.
Setiap hasil adalah prestasi, dan masing-masing akan menjadi umpan
balik demi pencapaian hasil yang tepat sebagaimana dimaksudkan.
Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.
Perayaan merupakan sarapan bagi pelajar juara. Perayaan memberikan umpan
balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar. Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat
rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri.
Perayaan juga akan mengajarkan kepada siswa mengenai motivasi hakiki
tanpa “insentif”. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga
pendidikan mereka lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu.
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa perlu sering-sering
merayakan kesuksesan belajar, dan menghubungkan belajar dengan perayaan.
Bentuk perayaan, misalnya: tepuk tangan, tiga kali hore, jentikan jari,
kejutan, dan lain-lain.
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah
simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua
kategori, yaitu: konteks dan isi.
Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi penyelenggaraan
pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran kuantum.
Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran
yang dinamis.
Isi merupakan penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate). Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan model kuantum
menunjukkan ciri-ciri: (1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan
tertentu; (2) pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat
belajar siswa; (3) penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan” untuk
memudahkan siswa belajar sesuai dengan modalitas kecerdasannya; (4)
penggunaan bahasa yang unggul; (5) suasana belajar yang saling
memberdayakan; (6) dan penyajian materi pelajaran yang prima.
Penyajian materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan:
(1) penumbuhan minat siswa, (2) pemberian pengalaman langsung kepada
siswa sebelum penyajian, (3) penyampaian materi dengan multimetode dan
multimedia, (4) adanya demonstrasi oleh siswa, (5) pengulangan oleh
siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, dan (6)
penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat, atau
tepukan.
Ada baiknya Anda cek ulang artikel tentang rahasia guru sukses dan indera belajar siswa agar lebih menguatkan pemahaman mengenai perlunya melakukan inovasi dalam mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar