Pengertian
CTL
Pengertian
Pembelajaran Kontekstual CTL / Contextual Teaching and Learning Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks ke permasalahan/
konteks lainnya.
CTL
merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai
salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning), yaitu:
1. relating,
2. experiencing,
3. applying,
4. cooperating, dan
5. transferrini
Dengan TCL diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang
baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: a. konstruktivisme
(constructivism),
b. bertanya (questioning),
c. menemukan (inquiri),
d. masyarakat
belajar (learning community),
e. pemodelan (modeling), dan
f. penilaian sebenarnya
(authentic assessment).
Langkah-langkah CTL dapat diterapkan dalam kurikulum
apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah.
Secara garis
besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1.
Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan
masyarakat belajar.
5. Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan
refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan
penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.
Karakteristik
Pembelajaran CTL
1.
Kerjasama.
2. Saling
menunjang.
3.
Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar
dengan bergairah.
5. Pembelajaran
terintegrasi.
6.
Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa
aktif.
8. Sharing
dengan teman.
9. Siswa
kritis guru kreatif.
10. Dinding
dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain.
11. Laporan
kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya.
Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut,
materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan
mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual.
Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Beberapa
komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang
dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan
hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Keterkaitan yang
mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual.
Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu
pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup
dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan
kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran ini
menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus
punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan sisw
3. Belajar
yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri,
merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan
masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi
siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.
Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir
kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis
dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian,
ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh
atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual) Dalam pembelajaran
kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan
keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap,
minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam
pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
7. Mencapai
standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual diarahkan
agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap
siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam
menemukan potensi dan kekuatannya.
8.
Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment) Penilaian
autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan
akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik
merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan
apa yang sudah mereka pelajari.
Pustaka Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009.
Pengembangan
Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Ibrahim R,
Syaodih S Nana. 2003.
Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989.
Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Pengertian Pembelajaran
Kontekstual CTL / Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi
siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks
lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing,
applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu
mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment).
Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan
berbagai cara.
Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya
siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap
demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana
pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (je-las dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario
pembelajarannya.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson
(2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari
pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan
isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah
dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna
memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan
kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan
inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga
mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sisw
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir
kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis
dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan,
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga
aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung
jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan
dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara
optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai
keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan
kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi
dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar,
penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka
pelajari.
Pustaka
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran
Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta.
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Menga-jar. Bandung: Sinar Baru..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/pengertian-pembelajaran-kontekstual-ctl.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Pengertian
CTL
Pengertian
Pembelajaran Kontekstual CTL / Contextual Teaching and Learning Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel da-pat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks ke permasalahan/
konteks lainnya.
CTL
merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai
salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang
baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment). Langkah-langkah CTL dapat diterapkan dalam kurikulum
apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah.
Secara garis
besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut: 1.
Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan
masyarakat belajar.
5. Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan
refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan
penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.
Karakteristik
Pembelajaran CTL
1.
Kerjasama.
2. Saling
menunjang.
3.
Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar
dengan bergairah.
5. Pembelajaran
terintegrasi.
6.
Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa
aktif.
8. Sharing
dengan teman.
9. Siswa
kritis guru kreatif.
10. Dinding
dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain.
11. Laporan
kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya.
Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut,
materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan
mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual.
Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Beberapa
komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang
dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan
hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Keterkaitan yang
mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual.
Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu
pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup
dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan
kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran ini
menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus
punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan sisw
3. Belajar
yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri,
merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan
masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi
siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.
Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir
kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis
dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian,
ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh
atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual) Dalam pembelajaran
kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan
keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap,
minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam
pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
7. Mencapai
standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual diarahkan
agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap
siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam
menemukan potensi dan kekuatannya.
8.
Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment) Penilaian
autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan
akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik
merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan
apa yang sudah mereka pelajari.
Pustaka Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009.
Pengembangan
Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Ibrahim R,
Syaodih S Nana. 2003.
Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989.
Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar