BKSN 2012 Pertemuan Pertama – I : Menyembuhkan Orang Lumpuh
Posted on 24 Agustus 2012 by Admin
Menyembuhkan Orang Lumpuh (Matius 9:1-8)
Doa Pembuka.
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon
bimbingan Roh Kudus agar dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca
dan direnungkan.
I. LECTIO (Membaca).
Pemandu mengajak peserta untuk membaca isi perikop. Peserta
bisa mengadakan tanya jawab saling memberikan penjelasan dan sebagainya
seputar isi perikop yang bersifat informatif dan pemahaman.
Referensi untuk pemandu:
Kisah penyembuhan ini mempunyai dua teks
paralel yaitu Mrk. 2:1-12 dan Luk. 5:17-26. Ketiganya sangat mirip,
sekalipun memiliki berbagai perbedaan. Matius tidak menyebut orang-orang
yang membuka atap untuk menurunkan si sakit (bdk. Mrk. 2:3-4; Luk.
5:18-19). Menurut Markus dan Lukas, penyembuhan ini terjadi dalam sebuah
rumah dan orang banyak memenuhi rumah itu. Matius tidak menyebutkan
dimana tepatnya peristiwa itu terjadi, ia hanya mengatakan bahwa
penyembuhan itu terjadi setelah Yesus sampai “ke kotaNya sendiri”
(ay.1), yaitu Kapernaum (Mat.4:13). Kalau memang Yesus tidak berada di
dalam rumah yang penuh sesak, tidak ada alasan si lumpuh harus
diturunkan lewat atap rumah.
Ayat 1,2.
Yesus meninggalkan Gadara, tempat Ia
mengusir setan yang merasuki dua orang, lalu menyeberangi danau dengan
perahu dan sampai ke kotaNya sendiri. Beberapa orang datang membawa
seorang lumpuh di atas tempat tidurnya ke hadapan Yesus (ay. 2). Mungkin
mereka adalah para sahabat si lumpuh yang dengan tulus mau membantunya.
Rupanya orang lumpuh itu maupun para sahabatnya yakin bahwa Yesus bisa
menyembuhkan dia dan mereka mendengar bahwa Yesus sedang berada di kota
mereka.
Memang tidak ada pernyataan eksplisit
bahwa mereka meminta Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Tetapi, untuk
apa orang sakit itu dibawa kepada Yesus kalau tidak untuk dimohonkan
kesembuhan. Masak hanya mau dipertontonkan kepada Yesus? Kehadiran
mereka ke hadapan Yesus dengan menggotong seorang lumpuh di atas tempat
tidur merupakan permohonan tak terucap agar Yesus menyembuhkannya.
Yesus pun mengetahui keinginan dan iman
mereka, yaitu iman si lumpuh dan iman orang-orang yang menggotongnya.
Yang diperhitungkan oleh Yesus ternyata bukan hanya iman si penderita,
tetapi juga iman orang-orang yang membantunya. Mereka mempunyai
keyakinan yang sama, yaitu bahwa entah bagaimana caranya, Yesus akan
membantu mereka. Keyakinan itu lalu diwujudkan dengan membantu
menggotong sahabatnya yang terbaring di tempat tidur sampai ke hadapan
Yesus. Pengalaman seperti itu menunjukkan bahwa iman seseorang ternyata
bisa membantu menyelamatkan orang lain.
Yesus mengetahui bahwa mereka
sungguh-sungguh mengharapkan kesembuhan dariNya. Tetapi Yesus tdak
menyuruh orang itu bangun, mengangkat tilamnya dan berjalan. Yesus malah
menyatakan kepada orang itu bahwa dosanya telah diampuni. Minta
kesembuhan kok diberi ‘absolusi’? Apakah memang ada hubungan antara
kelumpuhan dengan dosa? Dalam alam pikiran saat itu tampaknya memang ada
kaitan antara penderitaan dan dosa. Secara sederhana orang berpikir
demikian: kemakmuran itu tanda hidup yang diberkati, sementara
penderitaan itu tanda hidup yang dicela Tuhan. Dengan kata lain,
penderitaan merupakan akibat atau hukuman dari dosa. Oleh karena itu,
kalau dalam kisah ini Yesus memberikan ‘absolusi’, itu berarti Yesus
langsung menyembuhkan pada akar persoalan yang menyebabkan penderitaan,
yaitu dosa itu sendiri.
Ayat 3-7.
Bagi beberapa ahli Taurat yang
menyaksikan peristiwa itu, tindakan Yesus itu dapat disebut sebagai
hujatan. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa manusia. Menurut hukum
Taurat, dosa dapat diampuni oleh Allah dengan mempersembahkan lembu
jantan muda pada Hari Raya Pendamaian (Im. 16:1-22). Dalam pandangan
para ahli Taurat, Yesus telah menyamakan diriNya dengan Allah karena
telah mengampuni dosa orang. Menurut Hukum Taurat, mereka yang menghujat
Allah harus dihukum mati dnegan dirajam (Im.24:16-17).
Sekalipun mereka hanya berkata di dalam
hati, Yesus mengetahui pikiran mereka dan langsung memberikan tanggapan.
Ia menegur Ahli Taurat, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di
dalam hatimu?” Tetapi Yesus juga menantang mereka: Mana yang lebih
mudah: 1) mengatakan, “Dosa-dosamu sudah diampuni” atau 2) mengatakan,
“Bangunlah dan berjalanlah”? Di satu pihak, mengucapkan kata-kata
‘absolusi’ merupakan sesuatu yang mustahil karena hal ini memang
berkaitan dengan Allah sendiri. Tetapi di lain pihak, mengucapkan
‘absolusi’ ini juga sangat mudah karena memang hasilnya tidak harus
kelihatan. Dari sisi lain, mengucapkan kata-kata penyembuhan jauh lebih
sulit, karena buktinya harus segera kelihatan. Yesus memilih untuk
mengatakan yang pertama, “Dosa-dosamu sudah diampuni.” Ia berkata
demikian untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Manusia yang
menjalankan kuasa Allah untuk mengampuni dosa manusia.
Kalau pun harus mengatakan hal yang kedua
(Bangunlah dan berjalanlah), itu bukan masalah bagi Yesus. Karena itu,
Ia pun berkata kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkat tempat
tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (ay.6). “Orang itu pun bangun lalu
pulang.” (ay.7). Dengan demikian hasilnya jelas: penyembuhan terjadi.
Orang yang tadinya lumpuh dan ‘terbaring’ di tempat tidurnya, sekarang
“bangun lalu pulang”.
Ayat 8.
Orang yang melihat hal itu takut lalu
memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada
manusia (ay.8). Rasa ‘takut’ di sini sebaiknya dipahami dalam arti
positif: perasaan takun yang juga didasari atau diwarnai rasa kasih
terhadap Allah (tremendum et fascinosum). Allahlah yang patut dipuji karena Dialah yang mempunyai inisiatif atas segala karya keselamatan ini.
II. MEDITATIO (Merenungkan).
- Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk membayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
- Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat dipelajari/diteladan dari Yesus (sikap, kepribadian, dan kehendakNya; dari orang lumpuh serta para sahabatnya bagi diri peserta sendiri (bukan untuk mengajar orang lain).
- Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
- Pemandu meminta peserta, satu demi satu membacakan hasil renungan dalam meditasinya.
Contoh hasil meditatio:
Yesus memperhatikan iman orang yang
datang kepadaNya. Dalam perikop ini Yesus mengingatkan saya agar
benar-benar percaya kepadaNya.
III. ORATIO (Berdoa).
- Pemandu mengajak perserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas pesan yang telah diterima dalam perikop tersebut.
- Pemandu meminta peserta satu demi satu membacakan doa-doa yang telah ditulisnya. Rangkaian doa ditutup denga doa “Bapa Kami”.
Contoh oratio: Tuhan, Engkau
memperhatikan iman orang-orang yang datang kepadaMu. Bantulah kami agar
memiliki iman yang besar sehingga selalu percaya kepadaMu dalam
menjalani kehidupan ini.
Sumber: Gagasan Pendukung & Pendalaman Kitab Suci, LBI, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar