SURAT
GEMBALA PEMBUKAAN TAHUN IMAN
KEUSKUPAN
AGUNG SEMARANG
(dibacakan
pada Sabtu-Minggu, 6-7 Oktober 2012)
“BERGEMBIRA DALAM BERIMAN,
BERGAIRAH
DALAM PEWARTAAN”
Para
Ibu, Bapak, Suster, Bruder, Frater, Rama, Kaum muda, Remaja dan anak-anak yang terkasih
dalam Kristus.
Patut kita syukuri bersama, bahwa Tuhan kita
Yesus Kristus telah diimani oleh ratusan juta orang di dunia ini sejak para
rasul. Ia kita imani sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan. Iman akan Yesus
Kristus itu setiap kali dibarui dalam Syahadat para rasul, dirayakan dalam
Ekaristi, diwujudkan dalam tindakan dan akhirnya diperdalam terus-menerus
melalui doa.
Sebagai rasa syukur atas iman yang berkembang
itu, Bapa Suci Paus Benedictus XVI mencanangkan Tahun Iman, 11 Oktober 2012
- 24 November 2013. Tahun Iman itu diharapkan menjadi
kesempatan bagi semua umat beriman untuk melihat pentingnya iman di dalam
kehidupan yang terus berubah dan bergejolak.
Tahun Iman itu diadakan juga untuk memperingati 50 tahun pembukaan
Konsili Vatikan II dan 20 tahun penerbitanKatekismus
Gereja Katolik.
Seperti kita ketahui pada tahun 1962-1965 telah
diselenggarakan Sidang Konsili Vatikan II yang menghasilkan dokumen-dokumen
penting bagi kehidupan Gereja. Dokumen itu mengungkapkan jati diri Gereja yang
lahir dari iman akan Yesus Kristus, yang
hidup di tengah dunia dan berelasi dengan semua orang dengan segala latar
belakang suku, agama, budaya, situasi sosial dan politik. Di tengah dunia itu Gereja dipanggil
untuk menjadi sakramen keselamatan, tanda kehadiran Kristus yang adalah terang
bagi bangsa-bangsa.
Gereja menyadari bahwa untuk menghayati jati
diri dan perutusannya itu, pewartaan
iman menjadi penting. Untuk itu pada
tanggal 11 Oktober 1992, Paus Yohanes Paulus II menyerahkan Katekismus Gereja
Katolik kepada umat beriman seluruh dunia. Ia menegaskan, bahwa buku itu
menjadi naskah acuan untuk pewartaan yang bersumber pada hidup iman dan
sekaligus menjadi sarana yang penuh dan lengkap untuk meng-komunikasi-kan
ajaran Katolik tentang iman dan moral. Dengan mempelajari Katekismus itu
diharapkan setiap orang dapat mengetahui apa yang sesungguhnya diimani,
dirayakan, dihayati dan didoakan oleh Gereja dalam kehidupan sehari-harinya.
Kini, kita, umat beriman Keuskupan Agung
Semarang, sebagai bagian dari umat beriman di seluruh dunia telah merasakan
buah-buah dari kedua dokumen itu. Katekismus Gereja Katolik telah menyegarkan,
membarui dan meneguhkan penghayatan iman kita akan akan Yesus Kristus. Kita
semakin percaya bahwa Yesus Kristus, telah mengalami maut bagi semua orang,
kemudian bangkit mulia untuk mengantar semua orang kepada kemuliaan (bdk. Ibr
2:10). Demikian pula Dokumen-dokumen
Konsili Vatikan II telah menyadarkan jati diri dan perutusan kita sebagai umat
beriman di dalam dunia. Kita bukan hanya bagian dari dunia, tetapi menjadi
garam, ragi dan terang bagi dunia. Oleh karena itu, kita tidak diam terhadap
persoalan-persoalan dunia seperti kedegilan, kekerasan, perceraian, perusakan
lingkungan hidup dan bahaya kelaparan di berbagai negara atau daerah karena
kemiskinan dan kemarau panjang. Di tengah persoalan-persoalan itu, kita
dipanggil untuk hadir sebagai tanda kasih yang menyatukan (Mrk 10:7-8), yang
berpihak pada yang lemah, yang melindungi kehidupan (Kej 2:19-20) dan yang
berani berkorban untuk keselamatan (Ibr 2:9).
Satu
hal baik yang juga kita peringati pada bulan Oktober ini adalah Hari
Pangan Sedunia. Gereja
dipanggil dan diutus untuk menjadi komunitas berbagi pangan. Dengan demikian
iman menjadi tindakan dan aksi mewujudkan kesejahteraan umum.
Agar Tahun Iman memiliki makna bagi kita, saya
mengharapkan paroki-paroki, kelompok, komunitas-komunitas bahkan
keluarga-keluarga mengadakan kegiatan - kegiatan
yang mengembangkan iman dan meneguhkan perutusan di tengah dunia. Kita ingin
menjadi seperti Wanita Samaria. Seperti dikatakan oleh Bapa Suci Paus Benediktus XVI dalam surat apostolik Porta
Fidei (Pintu Kepada Iman), Wanita Samaria adalah orang yang bertemu
Yesus di pinggir sumur dan menimba sumber air hidup yang memancar keluar dari
diri Yesus. Setelah itu ia pergi mewartakan perjumpaan itu kepada orang-orang
di kampungnya. Berkat pewartaan wanita itu, orang-orang di kampungnya datang
kepada Yesus dan mengakui, bahwa Yesus adalah Juru Selamat. Berkat
perjumpaannya dengan Yesus Wanita Samaria itu menemukan kegembiraan dalam
beriman dan kegairahan dalam meng-komunikasi-kan imannya kepada orang lain.
Pengalaman Wanita Samaria itu bukan pengalaman
sesaat, tetapi pengalaman yang dipupuk dari waktu ke waktu dan diasah oleh
pergulatan hidup yang keras di padang gurun. Maka untuk zaman sekarang, untuk
menjadi seperti Wanita Samaria, kita juga harus pergi ke sumur, tidak hanya
sekali tetapi berkali-kali untuk berjumpa dengan Yesus yang siap mengajar dan
menawarkan air hidup kepada kita. Sumur itu adalah dokumen-dokumen ajaran
Gereja dan peristiwa-peristiwa yang menyimpan kekayaan iman kita.
Dokumen-dokumen Ajaran Gereja itu diantaranya Kitab Suci, Konsili Vatikan II,
(Kompendium) Katekismus Gereja Katolik dan ajaran-ajaran iman lainnya. Sedangkan peristiwa-peristiwa iman
diantaranya adalah perayaan-perayaan liturgi, devosi dan doa yang menjadi saat penuh rahmat untuk mengenal dan
mengalami kehadiran Yesus yang menyapa dan meneguhkan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan paroki,
kelompok dan komunitas mengadakan pembelajaran ajaran-ajaran Gereja untuk
menggali kekayaan iman Gereja. Saya berharap pula, agar diusahakan pendalaman
secara sungguh-sungguh terhadap perayaan iman dalam liturgi. Bagi kaum muda, remaja dan anak-anak perlu dirancang adanya
katekese khusus, agar mereka menemukan keindahan dan kesaksian iman. Semua umat
beriman dipanggil untuk senantiasa memperbarui rahmat iman, membagikan
pengalaman iman dan kasih kepada sesama. Sangat baik kalau sekali waktu umat
berkunjung ke Museum Misi Muntilan untuk
memahami sejarah kekatolikan di Jawa
dan mengobarkan
semangat misioner.
Komisi-komisi dalam Dewan Karya Pastoral maupun komisi-komisi di kevikepan
hendaknya membantu mempermudah pembelajaran iman dan katekese dengan menawarkan kegiatan,
modul atau penyediaan sarana-sarana lain yang mendukung.
Di Tahun Iman ini kita semua ingin menjadikan
iman sebagai peristiwa hidup, artinya menjadi suatu kesibukan pertama dan utama
dalam kehidupan menggereja. Hal itu kita lakukan sejalan dengan Arah Dasar KAS
2011-2015, yang mengajak kita untuk beriman semakin mendalam-tangguh, dan
semakin terlibat mewujudkan kasih di tengah masyarakat, khususnya mereka yang
kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel dan kasih terhadap alam ciptaan
demi terwujudnya Gereja yang signifikan dan relevan. Dengan demikian kita semakin bergembira dalam
beriman, bergairah dalam pewartaan.
Akhirnya,
saya berterimakasih kepada semua saja yang dengan sepenuh hati, tanpa
pamrih, tanpa lelah, telah dan
akan,
dengan caranya masing-masing melibatkan diri dalam pengembangan iman dan
peneguhan hidup umat di Keuskupan Agung Semarang.
Semoga Tahun Iman ini menjadikan semua gerak
kita bermakna bagi semakin banyak orang dalam peziarahan menuju Bapa.
Salam,
doa dan Berkah Dalem,
Semarang, Pesta St. Teresia dari Kanak-Kanak Yesus,
1 Oktober 2012
†
Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
KETERANGAN LOGO TAHUN IMAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar