Surat Gembala
Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2013
dibacakan pada Sabtu-Minggu, 27 – 28 April 2013,
Minggu Paska V
SEKOLAH KATOLIK
MENJADI SEKOLAH KASIH
“Kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi” (Yoh 13:35)
Hari Pendidikan Nasional dalam terang Sabda Tuhan
Saudari-saudaraku terkasih,
Pelopor
pendidikan, Ki Hajar Dewantara lahir di Jogyakarta 2 Mei 1889. Tanggal
kelahirannya, 2 Mei, dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar
Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden RI, Soekarno pada 28 November 1959. Marilah
kita jadikan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2013 kesempatan bagi kita
untuk bersyukur kepada Tuhan atas partisipasi Gereja dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia (bdk. Pembukaan UUD 1945 alinea
4). Kepada kita Tuhan Yesus, Sang Guru sejati, menyampaikan perintah baru: “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian juga kamu
harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa
kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13: 34-35).
Dalam terang sabda Tuhan itu, marilah kita menyadari tanggungjawab
Lembaga Pendidikan Katolik untuk menyelenggarakan “Sekolah Kasih” bagi
para peserta didik.
Pendidikan
tentu bukan hanya urusan sekolah, namun menjadi tanggungjawab orang tua
dan Gereja secara bersama-sama. Masing-masing perlu menjalankan
perannya dengan kerjasama yang sinergis. Dengan demikian Lembaga Pendidikan Katolik menjadi “Media Pewartaan Kabar Gembira, Unggul dan Lebih Berpihak kepada yang Miskin” sebagaimana ditegaskan dalam Pesan Pastoral Sidang KWI 2008.
Sejak
awal karya misi di wilayah Keuskupan Agung Semarang, para misionaris
perintis telah menyadari betul pentingnya pendidikan untuk mendampingi
anak-anak, agar memiliki akal
budi yang cerdas, hati penuh kasih dan jiwa merdeka serta tangan-tangan
yang trampil bekerja. Kesadaran tersebut tetap dipelihara, dipertajam
dan dikembangkan sampai sekarang ini. Keuskupan
Agung Semarang bersama dengan Yayasan Pendidikan Katolik milik Tarekat
Imam, Bruder, Suster, Awam menyelenggarakan sekolah-sekolah Katolik pada
jenjang Kelompok Bermain, TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Perguruan Tinggi.
Sekolah-sekolah tersebut didirikan, diselenggarakan dan dikembangkan di
atas dasar prinsip-prinsip pendidikan Katolik.
Keprihatinan
Apa
partisipasi Gereja dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia,
kalau sekarang ini kita melihat realitas kehidupan bangsa yang sungguh
memprihatinkan? Pada zaman kita begitu hebat ancaman yang dapat merusak anak-anak kita, bahkan
sejak mereka berusia dini. Pengaruh jahat masuk dalam sanubarinya
melalui lingkungan sekitarnya. Bagaimana mungkin orangtua dapat menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, kalau tidak ada cukup waktu untuk
memperhatikan anak-anak? Kekerasan dalam keluarga bisa menjadi benih
terjadinya kekerasan yang merajalela dalam masyarakat dewasa ini.
Keadaan
itu diperparah dengan media komunikasi modern yang begitu berpengaruh
bagi pembentukan kepribadian anak. Dunia menawarkan persaingan, kecepatan, kekerasan dan kebencian yang disiarkan melalui corong-corong media komunikasi yang tak terbendung. Sementara itu para pemilik modal dalam bidang komunikasi sibuk berlomba-lomba untuk mengeruk keuntungan bagi mereka sendiri.
Ancaman
itu menjadi semakin nyata. Dewasa ini kejujuran tidak mudah ditanamkan
dalam hati anak apalagi ketika bersekolah hanya dimengerti untuk
mengejar nilai akademis. Kita harus waspada, ketidakjujuran adalah benih
korupsi dan kehobongan publik dalam kehidupan bermasyarakat. Ada pula
upaya terencana untuk merusak anak-anak dengan narkoba.
Dalam
realitas memprihatinkan itu Sekolah-sekolah Katolik harus menampakkan
identitas dan perannya untuk mengembangkan semangat saling mengasihi.
Keluarga telah menanamkan cinta kasih dalam hidup sehari-hari, Sekolah
Katolik meneruskan dalam kerangka pendidikan karakter bagi peserta didik
yang diasah bersama dengan teman-teman di sekolah, maupun dalam
pergaulan hidup sehari-hari di rumah dan di tengah masyarakat.
Sekolah-sekolah Katolik diharapkan mampu
menerapkan pendidikan nilai yang membuat peserta didik mengalami
pembelajaran yang Eksploratif, Kreatif, Integral dan Komunikatif.
Sekolah Kasih
Perintah
baru yang disampaikan kepada kita oleh Sang Guru Sejati, Tuhan Yesus,
meneguhkan kita untuk mewujudkan “Sekolah Kasih” di sekolah-sekolah
Katolik. Kasih
adalah bahasa universal untuk membangun persaudaraan sejati,
persaudaraan yang dibangun di atas dasar kemanusiaan, yang terbuka pada
panggilan Allah, agar setiap
orang menjadi anak-anak Allah. Persaudaraan itu melewati batas-batas
suku, agama, ras dan golongan. Sungguh indah bila persaudaraan sejati
tersebut terwujud di sekolah-sekolah kita. Bila persaudaraan atas dasar kasih itu terjadi, masih sangat mungkin pada zaman kita sekarang ini “Ia membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman” (bdk. Kis. 14: 27). Sekolah Katolik menjadi perwujudan semangat Injil untuk pewartaan iman dan nilai-nilai Kekatolikan.
Tuhan
Yesus Kristus telah menjadi teladan yang unggul dalam mengasihi kita
dengan memberikan nyawa-Nya untuk keselamatan kita. Tuhan telah
membentuk hati kita agar memiliki kehendak kuat untuk mewujudkan
cita-cita kehidupan. Tuhan telah pula memberi daya kekuatan yang
memberdayakan kita untuk menjadi manusia dewasa. Tuhan adalah Guru, Pengajar, Pendidik serta Pamong yang baik bagi kita para murid-Nya, agar
kita mampu saling mengasihi. Diperlukan sinergi antara keluarga,
komunitas, lingkungan, Gereja dan sekolah untuk mewujudkan Sekolah Kasih
di lingkungan masing-masing.
Inspirasi dari Ki Hajar Dewantara dapat menjadi pintu masuk bagi para pendidik, orangtua dan keluarga mengembangkan sekolah kasih dengan bersedia “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani”. Para pelaku pendidikan di sekolah-sekolah Katolik hendaklah selalu mengusahakan terwujudnya semangat Sabda “Biarkan anak-anak datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka ....” (Mk. 10:14). Para Pendidik bertugas mengantar anak-anak datang kepada Sang Guru Sejati, Yesus Kristus.
Dengan
membangun sekolah Katolik menjadi sekolah bagi para murid untuk saling
mengasihi, kita berpartisipasi untuk menggarap realitas kehidupan bangsa
yang sungguh memprihatinkan terutama melalui pendidikan. Bila
kita sekarang ini menabur benih kasih dalam hati anak-anak kita, kita
akan menuai damai. Akan tetapi bila kita sekarang ini menebar angin
kebencian, kita akan menuai badai, yang memporak porandakan
persaudaraan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan
Saudari-saudaraku terkasih,
Kita
semua, dalam tugas kita masing-masing, mengemban tanggungjawab untuk
ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan dengan
menanamkan nilai baik, benar dan indah dalam keluarga, komunitas, dan
sekolah-sekolah yang dipercayakan kepada kita. Pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan:
· kepada
para orangtua yang menyadari dan melakukan peran sebagai pendidik
pertama dan utama bagi anak-anak, terutama dengan teladan nyata dan
meluangkan waktu untuk mendampingi kehidupan harian anak-anak;
· kepada
para guru, pengajar, dosen yang dengan tekun dan setia secara kreatif
selalu berusaha untuk meneruskan nilai-nilai kehidupan pada para
perserta didik;
· kepada para pengurus Yayasan dan Lembaga Pendidikan
Katolik yang tergabung dalam MPK (Majelis Pendidikan Katolik) dan BKS
(Badan Kerjasama Sekolah-Sekolah), yang dengan gigih mendampingi
sekolah-sekolah dalam mengemban perutusan menjadi pewarta kabar gembira
kepada orang miskin melalui Sekolah Katolik.
· kepada para karyawan kependidikan yang dengan berbagai macam cara mendukung pendidikan Katolik;
· kepada
Tim Peduli Pendidikan (TPP) di empat Kevikepan dan para pemerhati
pendidikan yang peduli pada pastoral pendidikan dengan memfasilitasi
pembenahan dan perubahan pendidikan Katolik; juga paroki-paroki yang
mempunyai komitmen melanjutkan menyelenggarakan sekolah Katolik sebagai
media pewartaan dan pencerdasan peserta didik kendati telah ditutup oleh
yayasan induknya.
· kepada
Anda semua yang bekerja dalam lembaga pemerintahan maupun masyarakat,
yang memperlakukan pendidikan Katolik sebagai mitra untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa;
· kepada
Anda yang mengusahakan pendidikan kader melalui latihan-latihan yang
sungguh berguna bagi pembentukan kepribadian yang utuh;
· kepada
anak-anak, peserta didik pada jenjang Kelompok Bermain, TK, SD, SMP,
SMA, SMK dan Perguruan Tinggi yang dengan semangat dan hati terbuka
mengolah nilai-nilai yang baik, benar dan indah menjadi sikap hidup
membangun persaudaraan sejati. Sebagai Uskup, saya berharap “Anak-anakku,
bukalah hatimu bila Tuhan memanggilmu untuk menjadi imam, bruder atau
suster yang membaktikan hidup seutuhnya kepada Tuhan”. Ambillah
waktumu untuk secara khusus pernah memikirkan jalan panggilan ini.
Apabila Tuhan menghendakinya, mengapa tidak? Bagi anak-anak yang sudah
menjalani Ujian Nasional, tetaplah semangat dalam membekali diri dengan
belajar untuk hidup. Sedangkan bagi anak-anak yang masih akan menjalani
Ujian Nasional dan tes kenaikan kelas, ketekunan kalian dalam belajar
akan memberikan hasil yang bermanfaat bagi masa depanmu.
· Kepada
Tim Kerja Pendampingan Keluarga di paroki-paroki serta Komisi Keluarga
Kevikepan dan Keuskupan, yang dengan tekun - setia mencari cara dan
peluang agar keluarga-keluarga Katolik menyadari perannya sebagai
pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Perlu dipersiapkan kader
penggerak keluarga di Paroki sampai ke Lingkungan dengan memanfaatkan
modul pendampingan yang sudah ada serta mengadakan pelatihan hingga para
kader itu trampil berkiprah.
Ajakan dan harapan
Saudari-saudaraku terkasih,
Saya mengajak dan berharap pada seluruh umat, terutama para orang tua, baiklah
untuk memilihkan Sekolah Katolik yang mengedepankan pendidikan karakter
sebagai tempat pendidikan bagi putra-putri Anda, jangan sampai memilih
sekolah karena gengsi atau karena
biaya yang tampaknya lebih murah bahkan dengan iming-iming “Sekolah
Gratis”. Kita wajib mengusahakan pendidikan yang terbaik bagi
putra-putri kita.
Kita
berharap, agar upaya kita bersama membangun Sekolah Katolik menjadi
Sekolah Kasih menjadi bagian penting dari gerakan atau proses
transformasi hati yang membuat setiap orang dipenuhi dengan kasih. Bila hati kita penuh dengan kasih, maka mata kita mampu melihat semua orang di sekitar kita sebagai saudari atau saudara kita. Dengan demikian kita juga mampu “melihat langit yang baru dan bumi yang baru” (Wahyu 21: 1).
“Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”,
demikianlah nasehat Paulus dan Barnabas pada jemaat Gereja Perdana
(bdk. Kis. 14: 22). Seturut teladan mereka, mari kita mengubah ancaman
menjadi peluang, mari kita mengajak setiap orang masuk Kerajaan Allah
melalui pendidikan, mari kita mengembangkan Sekolah Katolik menjadi
Sekolah Kasih. Selamat bekerja dan selamat berjuang.!!
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 21 April 2013
Pada Hari Minggu Panggilan
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar