Powered By Blogger

Jumat, 31 Agustus 2012

BKSN 2012 Pertemuan Pertama – I : Menyembuhkan Orang Lumpuh

Menyembuhkan Orang Lumpuh (Matius 9:1-8)

Doa Pembuka.
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan.
I. LECTIO (Membaca).
Pemandu mengajak peserta untuk membaca isi perikop. Peserta bisa mengadakan tanya jawab saling memberikan penjelasan dan sebagainya seputar isi perikop yang bersifat informatif dan pemahaman.
 
Referensi untuk pemandu:
Kisah penyembuhan ini mempunyai dua teks paralel yaitu Mrk. 2:1-12 dan Luk. 5:17-26. Ketiganya sangat mirip, sekalipun memiliki berbagai perbedaan. Matius tidak menyebut orang-orang yang membuka atap untuk menurunkan si sakit (bdk. Mrk. 2:3-4; Luk. 5:18-19). Menurut Markus dan Lukas, penyembuhan ini terjadi dalam sebuah rumah dan orang banyak memenuhi rumah itu. Matius tidak menyebutkan dimana tepatnya peristiwa itu terjadi, ia hanya mengatakan bahwa penyembuhan itu terjadi setelah Yesus sampai “ke kotaNya sendiri” (ay.1), yaitu Kapernaum (Mat.4:13). Kalau memang Yesus tidak berada di dalam rumah yang penuh sesak, tidak ada alasan si lumpuh harus diturunkan lewat atap rumah.
Ayat 1,2.
Yesus meninggalkan Gadara, tempat Ia mengusir setan yang merasuki dua orang, lalu menyeberangi danau dengan perahu dan sampai ke kotaNya sendiri. Beberapa orang datang membawa seorang lumpuh di atas tempat tidurnya ke hadapan Yesus (ay. 2). Mungkin mereka adalah para sahabat si lumpuh yang dengan tulus mau membantunya. Rupanya orang lumpuh itu maupun para sahabatnya yakin bahwa Yesus bisa menyembuhkan dia dan mereka mendengar bahwa Yesus sedang berada di kota mereka.
Memang tidak ada pernyataan eksplisit bahwa mereka meminta Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Tetapi,  untuk apa orang sakit itu dibawa kepada Yesus kalau tidak untuk dimohonkan kesembuhan. Masak hanya mau dipertontonkan kepada Yesus? Kehadiran mereka ke hadapan Yesus dengan menggotong seorang lumpuh di atas tempat tidur merupakan permohonan tak terucap agar Yesus menyembuhkannya.
Yesus pun mengetahui keinginan dan iman mereka, yaitu iman si lumpuh dan iman orang-orang yang menggotongnya. Yang diperhitungkan oleh Yesus ternyata bukan hanya iman si penderita, tetapi juga iman orang-orang yang membantunya. Mereka mempunyai keyakinan yang sama, yaitu bahwa entah bagaimana caranya, Yesus akan membantu mereka. Keyakinan itu lalu diwujudkan  dengan membantu menggotong sahabatnya yang terbaring di tempat tidur sampai ke hadapan Yesus. Pengalaman seperti itu menunjukkan bahwa iman seseorang ternyata bisa membantu menyelamatkan orang lain.
Yesus mengetahui bahwa mereka sungguh-sungguh mengharapkan kesembuhan dariNya. Tetapi Yesus tdak menyuruh orang itu bangun, mengangkat tilamnya dan berjalan. Yesus malah menyatakan kepada orang itu bahwa dosanya telah diampuni. Minta kesembuhan kok diberi ‘absolusi’? Apakah memang ada hubungan antara kelumpuhan dengan dosa? Dalam alam pikiran saat itu tampaknya memang ada kaitan antara penderitaan dan dosa. Secara sederhana orang berpikir demikian: kemakmuran itu tanda hidup yang diberkati, sementara penderitaan itu tanda hidup yang dicela Tuhan. Dengan kata lain, penderitaan merupakan akibat atau hukuman dari dosa. Oleh karena itu, kalau dalam kisah ini Yesus memberikan ‘absolusi’, itu berarti Yesus langsung menyembuhkan pada akar persoalan yang menyebabkan penderitaan, yaitu dosa itu sendiri.
Ayat 3-7.
Bagi beberapa ahli Taurat yang menyaksikan peristiwa itu, tindakan Yesus itu dapat disebut sebagai hujatan. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa manusia. Menurut hukum Taurat, dosa dapat diampuni oleh Allah dengan mempersembahkan lembu jantan muda pada Hari Raya Pendamaian (Im. 16:1-22). Dalam pandangan para ahli Taurat, Yesus telah menyamakan diriNya dengan Allah karena telah mengampuni dosa orang. Menurut Hukum Taurat, mereka yang menghujat Allah harus dihukum mati dnegan dirajam (Im.24:16-17).
Sekalipun mereka hanya berkata di dalam hati, Yesus mengetahui pikiran mereka dan langsung memberikan tanggapan. Ia menegur Ahli Taurat, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?” Tetapi Yesus juga menantang mereka: Mana yang lebih mudah: 1) mengatakan, “Dosa-dosamu sudah diampuni” atau 2) mengatakan, “Bangunlah dan berjalanlah”? Di satu pihak, mengucapkan kata-kata ‘absolusi’  merupakan sesuatu yang mustahil karena hal ini memang berkaitan dengan Allah sendiri. Tetapi di lain pihak, mengucapkan ‘absolusi’ ini juga sangat mudah karena memang hasilnya tidak harus kelihatan. Dari sisi lain, mengucapkan kata-kata penyembuhan jauh lebih sulit, karena buktinya harus segera kelihatan. Yesus memilih untuk mengatakan yang pertama, “Dosa-dosamu sudah diampuni.” Ia berkata demikian untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Manusia yang menjalankan kuasa Allah untuk mengampuni dosa manusia.
Kalau pun harus mengatakan hal yang kedua (Bangunlah dan berjalanlah), itu bukan masalah bagi Yesus. Karena itu, Ia pun berkata kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (ay.6). “Orang itu pun bangun lalu pulang.” (ay.7). Dengan demikian hasilnya jelas: penyembuhan terjadi. Orang yang tadinya lumpuh dan ‘terbaring’ di tempat tidurnya, sekarang “bangun lalu pulang”.
Ayat  8.
Orang yang melihat hal itu  takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia (ay.8).  Rasa ‘takut’ di sini sebaiknya dipahami dalam arti positif: perasaan takun yang juga didasari atau diwarnai  rasa kasih  terhadap Allah (tremendum et fascinosum). Allahlah yang patut dipuji karena Dialah yang mempunyai inisiatif atas segala karya keselamatan ini.
II. MEDITATIO (Merenungkan).
  1. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta untuk membayangkan peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
  2. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat dipelajari/diteladan dari Yesus (sikap, kepribadian, dan kehendakNya; dari orang lumpuh serta para sahabatnya bagi diri peserta sendiri (bukan untuk mengajar orang lain).
  3. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
  4. Pemandu meminta peserta, satu demi satu membacakan hasil renungan dalam meditasinya.
Contoh hasil meditatio:
Yesus memperhatikan iman orang yang datang kepadaNya. Dalam perikop ini Yesus mengingatkan saya agar benar-benar percaya kepadaNya.
III. ORATIO (Berdoa).
  1. Pemandu mengajak perserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas pesan yang telah diterima dalam perikop tersebut.
  2. Pemandu meminta peserta satu demi satu membacakan doa-doa yang telah ditulisnya. Rangkaian doa ditutup denga doa “Bapa Kami”.
Contoh oratio: Tuhan, Engkau memperhatikan iman orang-orang yang datang kepadaMu. Bantulah kami agar memiliki iman yang besar sehingga selalu percaya kepadaMu dalam menjalani kehidupan ini.
Sumber: Gagasan Pendukung & Pendalaman Kitab Suci, LBI, 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar